SURYAMALANG.COM - Festival Topeng Malang yang digelar pada 5-6 Agustus di Kampung Budaya Polowijen (KBP), Blimbing, kota Malang, mengakomodir para seniman dan kreator seni topeng Malang untuk mengeksplorasi ranah seni budaya di Malang Raya.
Gelaran perdana di KBP itu menyuguhkan ragam kegiatan, antara lain workshop kriya topeng Malang, workshop batik topeng Malang, sarasehan budaya topeng Malang, lomba mewarna topeng Malang, arak-arakan topeng Malang, sesekaran topeng Malang, lomba tari topeng Malang, kembulan topeng Malang dan anugerah pelaku seni budaya topeng Malang.
Penggagas KBP, Ki Demang mengatakan, topeng Malang adalah warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh masyarakat Malang Raya.
"Topeng Malang telah menjadi inspirasi bagi para insan kreatif yang diaktualisasikan dalam ragam karya, diantaranya seni kriya topeng Malang, batik Malang dan seni rupa Malang," kata Ki Demang, Kamis (10/08).
Event Festival Topeng Malang yang belum lama digelar ini merupakan bagian dari praktek kerja lapangan (PKL) dan kuliah kerja nyata (KKN) kelompok Nirmala praktikum mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang, P2M ITB Institut Asia, Stisospol Waskita Dharma, OJT Unmer Pariwisata, mahasiswa skripsi dari Universitas Malang, dan Universitas Brawijaya sebagai upaya meregenerasi penari topeng dan membangkitkan kembali kesenian topeng Malang.
Ketua panitia Festival Topeng Malang, Devana Ainindi Putri berpandangan festival ini bertujuan untuk meregenerasi para penari topeng agar muncul para talenta penari topeng baru. Tujuan lain dari event itu adalah membangkitkan geliat ekonomi masyarakat dari perhelatan akbar tersebut.
"Diestimasi ada sekitar 250 juta lebih uang masyarakat yang bergulir dari event ini, mulai dari jasa sewa kostum, transportasi, makanan minuman, penginapan, dan masih banyak lagi," kata Devana yang merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip UMM.
Lantas, bagaimana para pelaku seni budaya merespon event tersebut. Salah satu pelaku seni rupa, Darmaji mengaku bangga turut berpartisipasi dalam event ini. Dirinya yang selama ini melukis melalui canvas harus menggambar topeng dengan medium tampah berbahan bambu.
"Saya merasa punya tantangan tersendiri. Sebab, tampah ini medianya tidak rata, jika menggambar topeng maka butuh kehati-hatian, ketelitian. Dan saya senang ikut menggambar topeng sebagai bagian dari pelestarian topeng Malang," terangnya.
Pengalaman lain juga dikemukakan Satria. Ia yang mewakili Batik Sundari hadir bersama 15 teman dari Asosiasi Perajin Batik Kota Malang.
Satu-satunya pembatik laki-laki itu mengapresiasi penyelenggara yang memberikan sesi kriya batik pada Festival Topeng Malang.
"Kita melakukan penggalian ragam macam motif yang harus dituangkan dalam batik, dan ternyata topeng Malang kaya dengan motif dan hias," katanya.
Beragam lomba yang diikuti ratusan peserta ini, rupanya menarik perhatian bule dari Inggris yang kini tinggal di kota Batu. Gorde yang hadir bersama keluarga mengajak 3 anaknya mengikuti lomba menggambar topeng Malang, serta lomba tari topeng Malang. Ia pun menyempatkan ikut belajar memahat topeng kayu.
"Indonesia sangat kaya seni budaya, keseniannya di Malang cukup beragam dan berkarakter, bagus dan karya handmade-nya bernilai tinggi. Saya mengukir topeng ini susah," tutur Gorde dengan senyum.
Gorde berharap event seni budaya yang mengedepankan karakteristik Malang Raya terus ditingkatkan, sehingga akan melahirkan kesadaran bersama bagi masyarakat dan para pemangku kepentingan untuk merawat tradisi yang telah eksis.
"Kolaborasi antar stakeholders terkait merupakan bagian dari strategi nguri-uri budoyo di Malang Raya," pungkas Gorde. ADI H
No comments: