Malam Mencekam di Karobelah Jombang: Nenek 75 Tahun Jadi Korban Perampokan

Jombang (beritajatim.com) – Jumat malam seharusnya menjadi waktu tenang bagi Sumarlin, seorang perempuan berusia 75 tahun, yang tinggal di Desa Karobelah, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. Namun malam itu berubah menjadi mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Di usia senjanya, saat tubuhnya tak lagi kuat seperti dulu, Sumarlin harus berhadapan dengan kekerasan yang menyakitkan—secara fisik maupun batin. Ia baru saja bersiap mengambil air wudu ketika sosok asing masuk ke dalam rumahnya. Tanpa sepatah kata pun, pelaku langsung membekap tubuh renta itu dari belakang, lalu membantingnya ke lantai dengan kasar.

“Ibu saya hendak wudu, lalu disergap pelaku. Ibu saya dibungkam dari belakang,” tutur Pramuhaji (52), anak bungsu korban, dengan nada cemas dan mata berkaca-kaca, Sabtu (12/7/2025).

Dalam kondisi terpojok dan tak berdaya, Sumarlin hanya bisa pasrah saat pelaku mengancam akan membunuhnya jika berteriak. Dengan cepat, gelang dan kalung emas yang selama ini melekat di tubuhnya dirampas.

Total nilainya mencapai sekitar Rp11 juta. Setelah puas mengambil harta korban, pelaku kabur lewat pintu belakang, meninggalkan luka fisik dan trauma mendalam di dalam rumah itu.

Mulut Sumarlin mengalami luka akibat dibekap dan dibanting. Ia langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan serta menjalani visum sebagai bagian dari proses penyelidikan. Meski masih terguncang, ia mampu memberikan sedikit gambaran tentang pelaku.

“Namun saya tidak hapal wajahnya. Karena saya disekap dari belakang,” ujarnya dengan suara lemah. Ia hanya mengingat bahwa pelaku bertubuh tinggi, memakai baju hijau, dan tidak menutup wajahnya.

Kini, kasus ini tengah ditangani oleh pihak Polsek Mojoagung. Aparat kepolisian sedang mengumpulkan bukti dan keterangan untuk mengungkap siapa pelaku yang tega menyakiti seorang nenek dalam kondisi tak berdaya. Warga sekitar berharap peristiwa ini tak terulang, dan pelaku segera ditangkap agar keadilan bisa ditegakkan untuk Sumarlin.

Di tengah usia senjanya, Sumarlin hanya ingin hidup tenang dan damai. Tapi malam itu, rumah yang mestinya jadi tempat paling aman, justru menjadi saksi bisu kekerasan terhadap dirinya. Sebuah ironi yang menggugah nurani siapa pun yang mendengarnya. [suf]