SURYAMALANG.COM, MALANG - Sejumlah kampung tematik di Kota Malang tidak aktif. Saat ini yang masih bertahan ada 23 kampung tematik.
Di sana masih ada keaktifan membuat event dan menjadi tujuan wisata. Ki Demang, Ketua Forkom Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Malang, menyebutkan beberapa kampung tematik yang tidak aktif karena ada belitan masalah.
Kampung tematik itu seperti kampung kramat Kasin, kuburan Londo, Rolak Kedungkandang, wisata Aeng Hamid Rusdi dan lainnya.
"Di kuburan Londo itu sudah dikelola pokdarwis. Tapi UPT Pemakanan juga bergerak," jelas dia kepada SURYAMALANG.COM.
Sehingga terkesan bersaing. Tapi dampaknya sama-sama tidak berkegiatan. Begitu juga di kuburan kramat Kasin.
"Jadi, lahan untuk wisatanya di kuburan kramat Kasin itu milik DLH yang kemudian tidak jelas pemanfaatannya. Sehingga ketika ada hibah pembangunan atau sesuatu tidak ada serah terima."
"Seperti kegiatan Pembangunan Kotaku. Karena itu akhirnya terbengkalai. Masyarakat untuk mengoperasionalkan juga jadi malas," katanya.
Sedang untuk wisata di rolak Kedungkandang karena ada pergantian RW. Dan RW berikutnya tidak melanjutkannya. Begitu juga wisata Aeng Hamid Rusdi.
Wali kota Malang sebelumnya, Sutiaji, mengetahui potensinya saat mendayung perahu karet dan tiba-tiba membuat pokdarwis namun tidak jalan.
Sedang di kampung tematik Nila Slilir tidak jalan sebagai tempat wisata karena lebih fokus pada jual beli ikan nila.
Di sini dikembangkan ikan nila dengan sistem bioflok. "Pada awalnya juga ada pokdarwisnya," ucap Ki Demang.
Sudah hampir empat tahun ini sudah tak jalan sebagai tempat wisata. Tapi untuk jual beli ikan masih.
"Untuk jadi kampung tematik itu perlu banyak prasyarat. Tidak bisa tiba-tiba ingin ada atau membuat kampung tematik," jelasnya.
Beberapa kampung yang masih bertahan sebagai kampung tematik namun dalam posisi tidak establish.
Misalkan jadi bagian dari event. Termasuk kampung Topeng Malangan di kawasan timur Malang.
"Paling banyak buat studi tour untuk kampung topeng. Terutama untuk penyelesaian sosial. Tapi kalau sengaja untuk wisata sangat jarang," kata dia.
Maka klaim-klaim kampung tematik harus jelas konsepnya agar bisa bertahan. Dari forkom biasanya membantu mendongkraknya lewat event-event seperti Festival Kali Brantas yang melewati kampung-kampung yang dibelah Kali Brantas.
Seperti di kampung keramik Dinoyo, Gerabah, Kampung Putih, Tridi, Warna Warni dan lainnya.
"Adanya event itu membantu informasi kunjungan wisatawan," jawab Ki Demang.
Misalkan di Kampung Gerabah. Dalam seminggu ada kunjungan 50 sampai 70 orang dari siswa dan mahasiswa. Sedang di Kampung Putih yang dekat dengan RSSA Kota Malang ada pokdarwis namun tidak ada kegiatan.
Tentang sosok/tokoh diperlukan dalam memperkuat kampung tematik, lanjutnya, memang diperlukan.
Selama ini masih digerakkan oleh RW atau pejabat struktural di kampung/di masyarakat. Namun ini juga memberi plus minus. Terutama jika sosok/tokoh itu tak terpilih lagi. Dan penggantinya mungkin tidak mau mengerakkan lagi.
Maka fungsinya forkom adalah membantu agar kampung tematik tetap aktif untuk membantu ada kunjungan dan layanan. Selain itu mengakomodir jadwal event-event bersama di kampung tematik.
Setidaknya dari 120 event pemerintah, sebanyak 77 event disumbangkan oleh kampung tematik. Tujuannya adalah jika kampung tematik tidak ada event maka bisa "nggandol" seperti Festival Kali Brantas.
Dikatakan, bentuk support pemda ada pada kampung tematik misalkan membantu konsumsi tapi wajib melaksanakan event. Begitu juga Dinas Pariwisata dan Dinkes untuk kegiatan sertfikat layak fungsi kampung tematik. Dari OPD Pemkot Malang juga membantu.
"Peran perguruan tinggi juga penting untuk hadir membantu branding atau spot yang kurang di kampung tematik seperti menggunggah dokumentasi foto atau video agar memarik perhatian masyarakat. Bisa juga memberi hibah," jelas dia.
Untuk mendukung kampung tematik agar bertahan dan punya dasar hukum, maka perda tentang kepariwisataan perlu direview agar mencantumkan kampung tematik.
Selain itu, rencana induk pariwisata daerah belum membuat tentang kampung tematik.
"Dua-duanya itu perlu dibuat untuk kebutuhan masyarakat," katanya. Yang ia amati, terkait CSR juga masih menyasar ke satu atau dua kampung tertentu.
No comments: