TRIBUNJATIM.COM - Tak diberi uang Rp 100 ribu, bocah 7 tahun laporkan ibunya ke polisi.
Video yang merekam aksi bocah itu akhirnya viral di media sosial.
Beredar video seorang bocah 7 tahun di Cianjur, Jawa Barat mendatangi kantor polisi untuk melaporkan ibu kandungnya.
Bocah tersebut kecewa ke ibunya karena tak diberi uang jajan Rp100 ribu.
Mendengar ada laporan dari bocah, Kapolsek Cibeber, Kompol Aca Nana Suryadi justru mengajaknya duduk dan berbicara empat mata.
Seperti dikutip Tribun Jatim dari Tribun Bogor, video kedatangan bocah ke Polsek Cibeber viral usai diunggah di akun TikTok @cibeberupdate.
Bocah bernama Rizam berasal dari Kampung Cijeblog, Desa Peuteuycondong, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur.
Kapolsek Cibeber, Kompol Aca Nana Suryadi merangkul Rizam sambil memberikan nasihat kepada bocah tersebut.
"Jangan durhaka, kalau durhaka mendapatkan dosa," kata Nana dalam Bahasa Sunda, dikutip pada Kamis (19/10/2023).
"Sekarang kalau kamu melaporkan ke polisi terus mama dipenjara, nanti malam bagaimana? Siapa yang akan masak nasi?" lanjutnya.
Nana juga memberi pengertian kepada Rizam bahwa orang tuanya tidak mungkin tega kepadanya.
"Jangan berpikir orang tua tidak menyayangi kita, tergantung diri sendiri. Kalau kita suka melawan ke orang tua, baru orang tua marah," ujar Nana.
Rizam pun hanya terdiam ketika mendapatkan ceramah dari kapolsek tersebut.
Selain itu, Nana juga memeluk Rizam setelah memberi nasihat pada bocah tersebut.
Pihak petugas juga meminta Rizam untuk meminta maaf kepada sang ibu.
Setelah itu, Rizam dan ibunya pun pulang ke rumah.
Sementara itu dalam video lainnya, ibunda Muhammad Rizam, Ani turut buka suara terkait kejadian tentang anaknya yang viral itu.
"Sebenarnya bukan anak saya yang melaporkan, tetapi saya yang membawa ke kantor (polisi)," ungkap Ani.
Ani berniat membawa Rizam agar putranya itu mendapatkan nasihat langsung dari petugas kepolisian.
Ani pun meminta warganet untuk tidak mengirimkan kata-kata kasar kepada Rizam karena merasa kasihan pada sang putra.
"Tolong jangan pada nge-bully lagi karena kasihan anaknya," kata Ani.
Seorang anak lain justru durhaka terhadap ibunya sendiri.
Seorang pria berusia pertengahan 30-an tahun di Belgia mengaku telah membunuh ibunya dan menaruh sebagian jasadnya di kulkas.
Lemari es tersebut ditemukan di sungai pinggiran Kota Liege pada Selasa (25/7/2023).
Penyelidikan kemudian membawa para detektif menemukan sisa tubuh wanita itu di tempat sampah yang dibuang di sungai terdekat.
Tato di badan membantu mengidentifikasi korban sebagai wanita berusia 70-an tahun, kata juru bicara kantor kejaksaan Liege, Catherine Collignon, kepada AFP pada Jumat (28/7/2023).
Pelaku yang lahir pada 1988 ditangkap sebelum fajar pada Kamis (27/7/2023) di hotel dekat bandara Brussels.
Dia tampaknya sedang bersiap terbang ke Korea Selatan, lanjut Collignon.
Setelah diinterogasi polisi, pria itu mengaku dan hakim memerintahkan dia dituntut serta ditahan.
Indikasi awal menunjukkan, ibu dan anak ini sering bertengkar setelah tinggal bersama sejak pandemi Covid-19.
TKP pembunuhan dikatakan terjadi di Seraing, kawasan barat daya Liege, lokasi ibu itu tinggal bersama dua anak dan satu cucunya, menurut media setempat.
Pelaku disebut mengakui perbuatannya kepada seseorang yang dia kenal.
Orang itu lalu memberitahu orang lain yang berbicara kepada polisi.
Kisah serupa juga terjadi di tempat lain, beberapa waktu lalu.
Sebuah tindakan keji dilakukan seorang ibu.
Dia nekat membunuh bayinya.
Semua karena alasan ekonomi.
Dilansir dari TribunStyle, mengaku mengalami kesulitan ekonomi, seorang ibu di Korea Selatan nekat membunuh dan menyimpan jasad bayinya di dalam lemari es.
Peristiwa ini terjadi di sebuah apartemen di Suwon, Provinsi Gyeonggi, Korea Selatan.
Berusaha ditutupi dengan rapat, apa yang membuat kasus ini terbongkar?
Polisi Korea Selatan mengatakan mereka telah meminta surat perintah penangkapan untuk wanita itu, yang dituduh membunuh dua bayinya yang baru lahir pada tahun 2018 dan 2019.
"Wanita berusia 30-an itu mengaku membunuh bayi-bayi itu dan mengatakan bahwa dia melakukannya karena dia menghadapi kesulitan ekonomi dalam merawat tiga anaknya yang lain, yang berusia 12, 10 dan 8 tahun," kata seorang pejabat Kepolisian Provinsi Gyeonggi Nambu, Kamis (22/6/2023).
"Bayi yang baru lahir itu baru berumur satu hari ketika mereka meninggal," tambahnya, dikutip dari Newsis.
Korban pertama, diduga merupakan anak keempatnya, yang lahir di sebuah rumah sakit pada November 2018.
Polisi menduga wanita itu mencekik bayi perempuannya sehari setelah lahir dan meletakkan jasadnya di dalam freezer (lemari es).
Wanita itu juga dituduh melakukan hal yang sama pada anak kelimanya.
Ia melahirkan bayi laki-laki pada November 2019 dan melakukan hal yang sama padanya.
Suami Tak Mengetahui Tindakan Istri
Suaminya mengatakan, sang istri hanya memberitahunya, dia melakukan aborsi untuk kedua anaknya.
Sehingga, sang suami mengatakan tidak mengetahui tentang dugaan pembunuhan tersebut.
“Saya tahu istri saya hamil, tetapi saya tidak tahu dia membunuh bayi itu. Saya percaya kata-kata bahwa dia melakukan aborsi," kata suaminya, dikutip dari CNN Internasional.
Namun, klaim sang suami masih dipertanyakan, mengingat mereka tinggal di rumah yang sama.
Menurut tetangga, keluarga itu merombak apartemen dan pindah beberapa bulan yang lalu.
Jenazah anak-anak tersebut diperkirakan turut ikut dipindahkan selama proses pemindahan.
Kasus Terungkap
Kasus ini terungkap pada Mei 2023 ketika Badan Pemeriksa dan Pengawasan pemerintah menemukan kelahiran bayi-bayi itu tidak pernah didaftarkan secara resmi, meskipun ada catatan kelahiran mereka di rumah sakit.
Dewan kemudian memberi tahu Balai Kota Suwon, pemerintah kota untuk meminta penyelidikan polisi setelah sang ibu menolak pemeriksaan di rumahnya.
"Pada 21 Juni 2023, polisi melakukan operasi penggeledahan dan penyitaan di rumah wanita itu, di mana dia mengakui pembunuhan tersebut," kata polisi.
Wanita itu akan menghadiri sidang surat perintah penangkapan pada hari Jumat (23/6/2023).
No comments: