Viral Wanita Dipaksa Turun dari Pesawat Gegara Kursinya Dipakai Menteri, Si Pejabat Hanya Duduk Diam
SURYAMALANG.COM - Viral momen wanita dipaksa turun dari pesawat gegara kursinya dipakai seorang menteri menjadi sorotan di media sosial.
Sosok menteri yang merebut kursi pesawat penumpang lain itu pun hanay duduk diam melihat keributan yang ada.
Wanita itu diusir dari penerbangan Ethiopian Airlines, dari Addis Ababa menuju Nairobi.
Rekaman penumpang wanita ribut dengan pramugasi dan staf Ethiopian Airlines diabadikan oleh Jurnalis CNN, Larry Madowo.
Peristiwa itu terjadi pada Jumat (19/7/2024) sekira pukul 11.30 malam waktu setempat.
“Ethiopian Airlines menendang penumpang di penerbangan saya karena seorang menteri mengambil tempat duduknya,” tulis Larry.
Berdasarkan keterangan pengunggah, penumpang wanita itu diturunkan paksa karena kursi miliknya itu telah ditempati oleh menteri negara.
Dikatakannya, pihak maskapai tidak meminta maaf secara prosedur terhadap penumpang wanita itu sebelum diturunkan paksa.
“Staf Ethiopian Airlines akhirnya secara paksa menurunkannya. Saat itu pukul 11.30 malam,” ujarnya, melansir dari SerambiNews.
Larry mengatakan, menteri yang duduk di kursi penumpang wanita itu hanya menyaksikan keributan dan tidak melakukan apapun.
Kejadian tersebut, kata dia, sungguh memalukan.
“Menteri Ethiopia melihatnya berkelahi dan tidak melakukan apa pun. Dia baru saja duduk di sana. Memalukan,”pungkasnya.
Dalam rekaman tersebut, penumpang wanita tersebut terlihat gagah berani berjuang untuk mempertahankan kurisnnya.
Wanita itu mengatakan bahwa setiap orang disini membayar dan karenanya ia seharusnya diizinkan untuk duduk.
Banyak yang bereaksi terhadap video ini, bahkan warganet menyerukan pemboikotan maskapai dan layanan Ethiopian Airlines.
Maskapai Ethiopian Airlines akhirnya mengeluarkan pernyataan terkait kehebohan video tersebut.
Pihaknya pun sudah menyelidiki masalah ini secara menyeluruh dan menyampaikan informasi akutar kepada publik.
“Pada tanggal tersebut, penerbangan mengalami situasi overbooking (kelebihan penumpang). Tiga orang dengan boarding pass kelas ekonomi sudah tiba di pintu keberangkatan,” kata pernyataan itu yang dikeluarkan di X pada Minggu (21/7/2024).
Beberapa menit sebelum waktu keberangkatan, petugas memberi tahu mereka bahwa penerbangan sudah penuh dan mereka akan dipindahkan pada penerbangan berikutnya.
Penumpang tersebut tidak mengindahkan pemberitahuan petugas tersebut dan langsung masuk ke pesawat.
“Petugas kami dengan sopan meminta penumpang tersebut untuk turun. Seorang penumpang menyetujuinya, sedangkan dua penumpang dipaksa keluar dari pesawat karena alasan keamanan,” tambahnya.
Ethiopian Airlines menegaskan, wanita berhijab tersebut merupakan penumpang kelas ekonomi, dan tempat duduk mereka sama sekali tidak terpengaruh dengan penumpang VIP dan kelas bisnis.
Kesalahpahaman muncul di kalangan penumpang lainnya, sehingga menimbulkan anggapan bahwa kursi penumpang wanita itu telah diambil untuk VIP.
“Hal ini tidak terjadi dan video yang beredar tidak mencerminkan rangkaian kejadian sebenarnya,” katanya.
Kisah Lain
Sebelumnya juga viral seorang wanita diturunkan dari pesawat gegara berkeringat.
Penumpang pesawat asal Inggris itu bernama Helen Taylor.
Helen Taylor (56) mengaku diturunkan dari pesawat Jet2 di Bandara Internasional Newcastle karena berkeringat, Senin (2/10/2023).
Saat itu, dia bersama dengan suaminya, David Taylor hendak bertolak dari Newcastle menuju Roma untuk liburan singkat.
Helen yang menderita diabetes tipe 2 dan mengalami menopause mengungkapkan bahwa dirinya dalam kondisi sehat saat naik pesawat.
Namun ketika ia kembali dari toilet, seorang pramugari mempertanyakan apakah Helen layak terbang lantaran badannya mulai berkeringat.
Saat itu, Helen hanya mengaku sedikit pusing.
"Saya baru saja makan setelah tidak makan seharian dan saya menderita diabetes tipe 2, jadi gula darah saya sangat sensitif.
Yang saya butuhkan hanyalah duduk dan minum air putih dan saya akan baik-baik saja," kata Helen, dilansir dari Mirror.
Kepada pramugari, Helen mengatakan bahwa dirinya juga tengah mengalami menopause sehingga membuatnya berkeringat.
Namun, pramugari menyampaikan bahwa wanita asal County Durham itu harus menjalani tes kesehatan.
Helen sempat meyakinkan pramugari bahwa kondisinya sangat normal dan dia akan baik-baik saja dalam beberapa menit.
"Namun, dia kembali lagi 10 menit kemudian dan berkata, 'Kami telah membuat keputusan bahwa Anda harus meninggalkan pesawat, kami pikir Anda memiliki risiko penerbangan'," tutur Helen.
Merasa tak terima, Helen kemudian berbicara dengan kapten pesawat dan mengeklaim bahwa mereka setuju bahwa dia terlihat cukup sehat untuk terbang.
Meskipun demikian, kepala penerbangan mendukung keputusan anggota awak kabin dan mengatakan bahwa Helen harus turun dari pesawat.
Helen bersama dengan suaminya mengaku dipaksa turun dan digiring ke bandara.
Mereka dipaksa untuk mengembalikan barang belanjaan bebas bea mereka sebelum menjalani pemeriksaan oleh pihak pengawasan perbatasan.
Suaminya, Taylor mengaku kecewa atas tindakan maskapai.
"Saya belum pernah mendengar hal yang begitu konyol dalam hidup saya," kata dia, dikutip dari Independent.
"Saya tidak percaya bagaimana kami diperlakukan. Itu benar-benar gila. Mereka tidak boleh melakukan ini pada orang lain," imbuhnya.
Taylor juga menyayangkan tindakan maskapai yang membuat keputusan sepihak tanpa rekomendasi dokter.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut, Taylor mengatakan bahwa dirinya beberapa kali menghubungi maskapai Jet2 untuk mengeklaim pengembalian uang liburan senilai 1.800 Euro dan sempat tidak mendapat tanggapan.
Juru bicara Jet2 mengaku telah berkomunikasi dengan pihak medis terkait keputusan menurunkan Helen.
"Setelah bekerja sama dengan spesialis penerbangan medis independen, kru kami mengambil keputusan ini karena kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan pelanggan selalu menjadi prioritas utama kami," kata dia, masih dari sumber yang sama.
Pihaknya mengaku meminta maaf atas tindakan tersebut. Mereka juga mengonfirmasi bahwa mereka akan mengembalikan biaya liburan yang ada.
"Namun, setelah menyelidiki lebih lanjut sebagai prioritas utama, kami telah menghubungi Nyonya Taylor untuk meminta maaf dan mengembalikan biaya liburannya sebagai bentuk niat baik," ucap juru bicara.
Meskipun seorang penumpang merasa dalam kondisi baik-baik saja, maskapai penerbangan memiliki hak untuk melarang terbang jika kondisi penumpang dianggap tidak sehat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, maskapai penerbangan memiliki hak untuk menolak mengangkut penumpang dengan kondisi yang dapat memburuk, atau memiliki konsekuensi serius selama penerbangan.
Mereka mungkin memerlukan izin medis dari dokter mereka jika ada indikasi bahwa seorang penumpang mungkin menderita penyakit atau kondisi fisik atau mental yang dapat membahayakan keselamatan pesawat, mengurangi kesejahteraan dan kenyamanan penumpang dan awak pesawat lainnya, memerlukan perhatian medis selama penerbangan, atau mungkin diperburuk oleh penerbangan.
Jika awak kabin menduga sebelum keberangkatan bahwa seorang penumpang mungkin sakit, kapten pesawat akan diberitahu dan keputusan akan diambil apakah penumpang tersebut layak untuk melakukan perjalanan, memerlukan perhatian medis atau menimbulkan bahaya bagi penumpang dan awak pesawat lainnya atau keselamatan pesawat.
Namun, kebijakan maskapai penerbangan berbeda-beda dan persyaratan harus selalu diperiksa pada saat, atau sebelum memesan penerbangan.
No comments: