Banjir Lahar Semeru Berbau Belerang, PVMBG Deteksi Aktivitas Vulkanik Meningkat

Lumajang (beritajatim.com) – Banjir lahar Gunung Semeru yang melanda aliran Sungai Regoyo di Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengeluarkan bau menyengat belerang.

Saat bencana ini terjadi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan getaran banjir lahar memiliki amplitudo maksimal (Amak) 38 milimeter.

Pantauan di lokasi Sungai Regoyo, Desa Gondoruso, menunjukkan aliran lahar meluap hingga menutup akses warga dengan warna cokelat pekat. Bau menyengat khas belerang juga tercium.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Isnugroho menjelaskan, bau belerang kemungkinan disebabkan material vulkanik Gunung Semeru yang bercampur air hujan saat terjadi aktivitas vulkanik. “Iya (bau belerang), ini kemungkinan karena adanya aktivitas vulkanis di Gunung Semeru ya,” terang Isnugroho saat memantau dampak banjir lahar di aliran Sungai Regoyo, Rabu (5/11/2025).

Menurut dia, berdasarkan laporan dari petugas Pos Pantau Gunung Api (PPGA), aktivitas vulkanik Gunung Semeru belakangan terus meningkat.

Isnugroho menyebut peningkatan aktivitas itu memicu pembentukan kubah baru di puncak Semeru. “Berdasarkan pantauan teman-teman di gunung, aktivitas vulkanik Gunung Semeru meningkat. Kita juga tahu di puncak Semeru ada pembentukan kubah baru,” tambah Isnugroho.

Untuk itu, warga di daerah aliran sungai (DAS) yang berhulu langsung dari Gunung Semeru diminta waspada. Munculnya kubah baru di puncak Semeru dapat berpotensi menyebabkan longsor banjir lahar dingin. “Jadi, andaikata terjadi hujan lebat di puncak, kemungkinan longsor banjir lahar dingin bisa terjadi. Semoga tidak terjadi, tetapi melihat dari potensi yang ada sepertinya bisa terjadi, entah kapan, tapi kita tetap waspada ya,” ungkap Isnugroho. (has/kun)