Blitar (beritajatim.com) – Masa depan Blitar Selatan sebagai pusat industri energi tampaknya akan segera terwujud. Hal itu terjadi setelah wilayah Blitar dilirik oleh investor asing untuk dijadikan kilang minyak (tempat pengolahan minyak mentah).
Perusahaan yang menginisiasi rencana ini adalah PT. Blitar Putra Energi. Perusahaan yang dipimpin oleh M. Toha ini kini bahwa telah menjalin komunikasi dengan 3 investor asing yang disebut siap untuk menggelontorkan dana lebih dari 200 Triliun untuk pembangunan kilang minyak.
Ketiga investor asing tersebut berasal dari India, Saudi Arabia serta Uni Emirat Arab. Investor asing asal India yang tertarik dengan projek kilang minyak di Blitar Selatan ini adalah Ambani.
Perusahaan Ambani yang terkenal di India adalah Reliance Industries Ltd. konglomerat yang dipimpin oleh Mukesh Ambani, seorang miliarder India. Perusahaan ini adalah raksasa bisnis dengan portofolio yang luas mencakup petrokimia, minyak dan gas, telekomunikasi, ritel, media, dan layanan keuangan. Kantor pusat Reliance Industries berada di Mumbai, India.
Selain Ambani perusahaan lain yang tertarik untuk menanamkan investasi kilang minyak di Blitar selatan adalah Saudi Aramco. Menurut Toha, proposal penawaran investasi ini pun kini sudah ada di tangan pangeran Arab.
Untuk investor yang ketiga berasal dari Uni Emirat Arab. Ketiga perusahaan itu pun kini tengah dijajaki untuk proses finalisasi investasi.
“Dari 7 kandidat investor, seminggu ini mengerucut pada 3 investor yang kini saya percepat finalisasinya, bahkan yang dari India 2 hari yang lalu saya dimintai data itu perusahaan yang memang sudah bergerak di bidang ini namanya Ambani, kemudian Saudi Aramco dari Arab Saudi dan dulu Saudi Aramco ini sempat ke Cilacap dan tidak jadi ini sama-sama selatan, kemudian dari UEA,” papar Toha, Selasa (26/08/2025).
Siapa PT. Blitar Putra Energi ?
PT. Blitar Putra Energi sendiri merupakan perusahaan yang didirikan M Toha. Pria yang akrab disapa Toha tersebut merupakan seorang mantan karyawan perusahaan bidang engineering, procurement, and construction (EPC). Proyek ini sebenarnya sudah digagas oleh Toha sejak 15 tahun lalu.
Tahun 2019 lalu, Toha menggandeng sejumlah figur termasuk beberapa pensiunan perwira tinggi TNI, dia mendirikan PT Blitar Putra Energi (BPE) sebagai kendaraan untuk merealisasikan proyek pembangunan industri strategis nasional itu.
Sejak tahun 2019 itu, Toha bersama PT. Blitar Putra Energi terus bergerak untuk merealisasikan proyek kilang minyak ini. Hingga akhirnya PT. Blitar Putra Energi mengantongi izin lokasi atas lahan seluas 1.500 hektar di kawasan pantai Peh Pulo, Desa Sumbersih, Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar.
Lahan inilah yang rencananya akan digunakan untuk membangun kilang pengolahan minyak dan Petrokimia. “Kapal-kapal besar termasuk kapal tanker minyak hanya bisa bersandar di pelabuhan dengan kedalaman minimal 30 meter, dan di Peh Pulo itu kedalamannya 50 meter sehingga memungkinkan kapal berat melintas disana,” imbuhnya.
Pentingnya Kilang Minyak di Blitar: Mengapa Kita Membutuhkannya?
Alasan Bangun Kilang Minyak dan Industri Petrokimia Gagasan membangun kilang minyak dan industri petrokimia di pesisir selatan Kabupaten Blitar, bagi Toha, merupakan salah satu pilihan tepat untuk mengatrol cepat taraf perekonomian daerah kelahirannya.
Kilang minyak dengan kapasitas 300.000 barel per hari serta industri petrokimia dengan kapasitas produksi 8 juta ton produk bahan plastik per tahun akan menyerap lebih dari 2.000 tenaga kerja. Selain itu, selama lima tahun proses konstruksi, proyek akan membutuhkan 20.000 pekerja.
Ditambah lagi, beragam manfaat ekonomi lainnya bagi masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Dari sisi kepentingan nasional, bahan bakar minyak (BBM) dan bahan plastik yang diproduksi dari dalam negeri, masih jauh dibawah kebutuhan sehingga angka impor masih tinggi dan terus meningkat.
Kata Toha, angka impor minyak mentah (crude oil) dan BBM sebesar sekitar 800.000 barel per hari. Sedangkan impor beragam bahan plastik Indonesia ada di angka sekitar 3.000.000 ton per tahun. “Kilang minyak akan ikut berkontribusi mengurangi nilai impor crude oil dan BBM. Untuk produk petrokimia berupa bahan plastik dan turunannya, industri petrokimia akan menutup seluruh defisit yang ada,” pungkasnya. (owi/kun)
No comments: