Bau Busuk TPA Supit Urang Menjalari Desa Jedong Hingga Istana Dieng, Penderitaan Warga Kian Panjang

SURYAMALANG.COM, MALANG - Penderitaan ribuan warga Desa Jedong, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang yang terkena dampak dari pencemaran limbah TPA Supit Urang, sepertinya masih panjang.

Sekadar informasi, TPU Supit Urang terletak di Kecamatan Sukun, Kota Malang. Namun, dampaknya menjalar hingga ke wilayah Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

Janji Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkot Malang, yang akan membuatkan sumur artesis buat warga di lima dusun, Desa Jedong, itu bak janji palsu.

Sebab, hingga setahun lebih, janji itu belum terealisasikan sehingga DLH sepertinya ingin menguji kesabaran warga yang ingin berangkat naik truk untuk menuju ke gedung dewan itu.

Bahkan, saat musim hujan seperti ini, bau tak sedap itu kian menggila. Bukan, cuma masuk ke perkampungan padat penduduk, seperti Desa Pandanlandung dan sekitarnya. Namun, yang tak terduga, bau yang bisa bikin mual itu juga menjalar ke perumahan elit, Perumahan Istana Dieng, yang harga rumahnya sekitar Rp 15 miliar sampai Rp 20 miliar itu.

Ini cukup berbahaya, jika warga perumahan yang isi dompetnya itu bukan rupiah namun dolar itu sampai emosi. Urusannya bukan demo, seperti warga kebanyakan namun bisa membikin kepala DLH, Sekda, bahkan Pj Wali Kota tak bisa tidur sore.

"Ya, mestinya dampak seperti itu sudah bisa diantipasi, wong itu TPA modern. Kami ya kasihan pada warga itu karena jadi langganan pencemaran limbah."

"Itu Dapil (daerah pemilihan) saya sehingga ada masalah apapun (warga Desa Jedong) pasti mengadunya ke saya," kata Abdul Qodir, anggota DPRD Kabupaten Malang, Rabu (25/12/2024).

Jika Pemkot Malang sampai wanprestasi atas janjinya, yang akan membuatkan sumur artesis, menurut wakil ketua DPC PDIP Kabupaten Malang itu sama dengan memancing emosi warga Desa Jedong. Sebab, mereka mengaku sudah kesal dengan janji-janji seperti itu terus.

"Warga itu maunya demo namun selalu kami cegah. Saya bilangi, coba saya komunikasikan dulu, siapa tahu bulan depan direalisasikan. Ternyata kian hari, janji itu kian tak ada kabarnya," ungkap ketua Fraksi PDIP ini.

Menurut Sukar, warga Desa Jedong, janji yang akan dibuatkan sumur artesis itu diucapakan saat warga Desa Jedong sudah tertekad akan demo. Akhirnya, warga diredam dengan ditemui di kantor UPT Supit Urang oleh Wahyu Hidayat, saat awal menjabat Pj Wali Kota Malang.

Oleh Wahyu, menugaskan Noer Rahman W, Kepala DLH Pemkot Malang, untuk merealisasikan tuntutan warga. Salah satunya, minta dibuatkan sumur artesis karena sumur warga tak bisa dipakai akibat tercemar.

"Warnanya kuning dan berbau badek. Beberapa hari usai ada perintah dari Pak Wahyu, langsung disurvei tempat calon sumur itu. Namun, kini warga ya emosi lagi karena tak ada kabarnya," ungkapnya.

Sementara, menurut Tekat Pribadi, Kades Jedong mengaku sampai bosan diundang rapat karena bukannya realisasi namun kian tak ada kepastian.

"Dulu, perintahnya Pak Wahyu ke Kadis LH sudah jelas, untuk dibuatkan sumur. Namun, beberapa kali rapat sebulan lalu, malah kembali nol."

"Sebab, setiap kali rapat yang dibahas kajian-kajian terus. Padahal, warga kami itu sudah butuh air bersih akibat sumurnya tercemar," ungkap Tekat.

Memang, penderitaan warga Desa Jedong dan desa sekitarnya, seperti Desa Pandanlandung seperti tiada ujung. Sebab, jika musim kemarau, bukan cuma diserbu lalat ke dalam rumahnya namun bau badek dan air sumurnya juga tercemar.

Namun, jika musim penghujan seperti ini, lalat tak begitu muncul namun masalah utamanya, bau badek seperti menempel di dinding rumahnya.

"Kalau soal bau, siang malam, baunya seperti peceren, yang bikin muntah. Apalagi, kalau ada angin, jika rumah itu tak ditutup rapat-rapat, ya nggak bisa menerima tamu dalam rumah. Bau makanan bisa campur dengan bau badek itu" tutur Sukar.